Rembulan di Mata Ibu by -Asma Nadia-

Bismillahirrahmanirrahim ... Kupandangi telegram yang barusan kubaca. Batinku galau Ibu sakit Diah, pulanglah! Begitu satu-satunya kalimat yang tertera di sana. Mbak Sri mnyuruhku pulang? Tapi … benarkah Ibu sakit? Bayangan Ibu, dengan penampilannya yang tegar berkelebat. Rasanya baru kemarin aku masih melihatnya berjalan memberi makan ternak-ternak kami sendirian. Melalui padang rumput yang luas. Berputar-putar di sana berjam-jam. Mnegawasi rumah kecil kami yang hanya berupa noktah dari balik bukit. Tidak. Ibu bahkan tak pernah kelihatan lelah di malam hari. Saat semua aktivitas seharian yang menguras kekuatan fisiknya berlalu. Ibu selalu kelihatan sangat kuat. Tak hanya kauta, dari mulutnya pun masih kerap terdengar ungkapanungkapan pedas, khususnya yang ditujukan kepadaku. “Jadi perempuan jangan terlalu sering melamun Diah! BEkerja, itu akan membuat tubuhmu kuat!” Komentarnya suatu hari padaku. Padahal, saat itu aku sama sekali tidak menganggur. Sebuah buku berada...